Membaca buku adalah salah satu hobi yang sudah lama saya tekuni. Genre buku yang saya baca bervariasi dari buku teknik, novel, cerpen, dan komik manga. Waktu yang paling sering saya gunakan untuk membaca adalah saat menunggu, atau kurang kerjaan, atau menjelang tidur — terutama jika sulit tidur.
Seiring berjalannya waktu, saya sering berpindah tempat (mobile) dan selalu membawa buku. Kebiasaan ini memberatkan tas dan sering buku hanya bersemayam di dalam tas tanpa pernah di baca. Kemudian saya berkenalan dengan ebook — buku dalam format elektronik sebagai alternatif buku konvensional (media cetak). Ebook mengubah kebiasaan saya dalam membaca. Saya lebih mudah membaca di mana pun, kapan pun, dari perangkat genggam. Ringan membawa puluhan buku dalam satu perangkat, tak lagi memberatkan tas yang saya panggul setiap hari.
Alasan Membeli Kindle Paperwhite
Sekian lama saya menjadikan Galaxy Note sebagai perangkat pembaca ebook, saya kadang merasa tak nyaman dengan ketahanan battery Galaxy Note yang setiap hari harus diisi. Dan banyaknya gangguan yang timbul karena perangkat ini juga digunakan untuk berbagai keperluan dan terhubung dengan internet — isi internet adalah gangguan paling banyak saat membaca.
Saya teringat salah seorang teman saya yang merekomendasikan untuk membeli Kindle — kami sama-sama mempunyai hobi membaca. Dahulu, saya tak menggubris saran teman saya. Setelah merasakan sendiri bagaimana membaca sambil mengisi baterai — biasanya membaca di malam hari saat baterai habis — ternyata sangat tak menyenangkan. Akhirnya saya memutuskan membeli perangkat pembaca ebook (ebook reader).
Spesifikasi perangkat pembaca ebook yang saya butuhkan adalah ringan, baterai tahan lama, mempunyai sumber cahaya sendiri, dan simpel. Beberapa toko buku online seperti Amazon, Barnes and Noble, dan Kobo, mempunyai masing-masing perangkat buatan mereka sendiri. Selain itu Sony juga mengeluarkan ebook reader. Dari semua pilihan dan pertimbangan kebutuhan dan melihat review di youtube, saya memutuskan membeli Kindle Paperwhite.
Kindle Paperwhite adalah generasi ke lima dari seri Kindle yang dibuat Amazon. Versi ini merupakan versi yang paling sesuai dengan kebutuhan saya, ringan, battery tahan lama, mempunyai sumber cahaya sendiri, dan simpel. Juga karena ada tawaran pembelian buku dari Amazon – lewat perantara – dengan harga yang lebih miring ke dompet. Tentu saja harga perangkat Kindle Paperwhite lebih murah dibandingkan yang lain.
Proses Pembelian Kindle Paperwhite
Kindle, tidak dijual secara resmi di Indonesia. Dan saya tak mau membeli langsung dari Amazon karena terlalu lama menunggu waktu pengiriman. Saya memutuskan untuk membeli dari penyedia (pengimpor) Kindle yang banyak menawarkan barangnya di Kaskus. Saat pertama kali memutuskan membeli (dua bulan lalu), ternyata penjual yang saya pilih kehabisan stok. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menunda membeli.
Bulan lalu, penjual tersebut memberi kabar kalau sudah ada stok lagi. Saya langsung membeli saat itu juga. Selang dua hari, barang tersebut sudah sampai ke tangan saya.
Kesan Pertama Memegang Kindle Paperwhite
Saat pertama kali membongkar bungkusan Kindle Paperwhite, dan memegang perangkat ini secara langsung, saya langsung merasa nyaman. Begitu ringan, terasa kokoh saat dipegang, dan elegan. Saya tidak merasa kecewa merogoh kocek untuk menebus perangkat pembaca ebook seharga dengan tablet low end 7 inch.
Tampilan tulisan di layar juga terasa nyaman dibaca. Perangkat ini menggunakan layar dengan teknologi E Ink sehingga pengalaman membaca mirip seperti membaca di kertas. Kindle Paperwhite menyediakan sumber cahaya sendiri yang bisa diatur intensitasnya, sehingga masih bisa membaca di tempat sangat gelap atau di bawah terik sinar matahari.
Pemakaian lebih dari sepekan
Kindle Paperwhite sudah saya miliki lebih dari sepekan dan saya puas dengan perangkat ini. Membaca bukan lagi hal menyebalkan karena terlilit kabel yang digunakan untuk mengisi baterai, atau terganggu notifikasi dan godaan untuk mengecek media sosial.
Pengalaman membaca seperti membaca buku konvensional. Teknologi sumber cahaya yang digunakan di Kindle Paperwhite tidak membuat mata lelah, karena cahaya dipantulkan kembali ke layar, bukan langsung ke pembaca. Tangan juga tidak lelah membaca berjam-jam, meski membaca buku yang memiliki halaman ratusan sampai ribuan. Bayangkan jika membaca buku karya Dan Brown edisi cetak, berat buku lebih menyiksa daripada kesenangannya. Perangkat ini bisa menyimpan buku hingga ribuan, bisa lebih bervariasi dalam membaca, jika bosan membaca suatu buku, bisa beralih ke buku lain.
Manajemen Ebook
Ebook reader tentunya memiliki kapasitas untuk menyimpan beberapa atau ratusan bahkan ribuan buku dalam satu perangkat. Manajemen berkas ebook menjadi sangat penting demi kelangsungan hobi membaca dan menjauhkan ebook reader dari keruwetan banyaknya berkas yang disimpan.
Saya memutuskan menggunakan Calibre untuk mengelola koleksi ebook yang saya miliki. Saya mempunyai koleksi ratusan ebook yang siap dibaca atau sudah dibaca. Tak semua buku itu saya pindahkan ke Kindle Paperwhite — meski perangkat ini bisa menangani koleksi sebanyak itu. Namun, hanya akan menyusahkan saya sendiri jika menaruh ebook sebanyak itu ke dalam Kindle Paperwhite. Saya hanya menyimpan 10-20 buku saja di Kindle Paperwhite. Semuanya merupakan buku yang akan saya baca, atau referensi. Sisanya saya simpan di Calibre, sebagai backup dan untuk mengelola buku itu.
Alur proses manajemen ebook yang saya pakai adalah memasukkan berkas ebook ke Calibre. Mengolah metadata ebook sehingga ebook mempunyai konsistensi informasi mengenai dirinya sendiri, termasuk menandai ebook ini akan dibaca atau tidak. Kemudian semua ebook yang ditandai “akan dibaca” dikirim ke Kindle Paperwhite. Jika sudah selesai membaca, saya akan menandai ebook tersebut di Calibre dan menghapus dari Kindle Paperwhite. Saya jarang sekali membaca ulang suatu ebook dalam jangka waktu setahun, jadi menghapus berkas ebook dari Kindle Paperwhite setiap selesai membaca adalah pilihan yang paling baik.
Akhir kata…
Kindle Paperwhite, ebook, dan Calibre sangat membantu saya dalam menekuni hobi membaca. Perangkat-perangkat dan media tersebut sangat membantu dalam mengelola, membaca, dan menyimpan koleksi buku yang saya miliki. Selama ini saya masih belum menemukan kekurangan yang begitu kentara dari perangkat-perangkat tersebut.
Kekurangan justru dari karya-karya sastra bahasa Indonesia yang sampai saat ini masih sulit ditemukan media elektroniknya. Belum banyak ebook untuk karya sastra Bahasa Indonesia. Padahal saya juga termasuk penggemar karya sastra Bahasa Indonesia. Saya berharap dalam beberapa tahun ke depan, penerbit atau pengarang Indonesia juga mengeluarkan edisi elektronik dari buku yang mereka buat.
Oke, sekian artikel saya yang sepertinya cukup panjang dan membosankan. Jika ada pertanyaan atau berbagi pengalaman menggunakan Kindle dan ebook, silakan tulis di kotak komentar di bawah ini. Terima kasih sudah membaca artikel ini.