Semalam, saya dapat pinjaman buku kumpulan cerpen karya Misbach Yusa Biran berjudul “Keajaiban di Pasar Senen” dari blogger Pak Blontankpoer. Keajaiban di Pasar Senen berisi 17 cerita yang menggambarkan kehidupan seniman Pasar Senen di tahun 1950-an dengan bumbu humor cerdas.
Awalnya saya mau menulis kesan setelah membaca buku ini di twitter atau di plurk, bukan di facebook karena saya sudah bosan dengan facebook. Tapi urung. Sebab kesan yang saya tulis dalam 140 karakter tidak akan bisa mewakili kepuasan saya membaca buku ini.
Bagi saya yang tidak hidup di tahun 1950-an, dan belum pernah berkunjung ke Jakarta, apalagi Jakarta sekarang sudah sangat beda dengan keadaan yang telah berlalu setengah abad yang lalu, hanya bisa mereka-reka bagaimana keadaan Pasar Senen tahun itu dengan apa yang dituliskan Biran, panggilan akrab pengarang dalam buku ini.
Kelucuan sejak awal cerita yang sebenarnya mengungkapkan kepasrahan seorang seniman yang memang belum menghasilkan suatu karya apapun dari suatu keajaiban yang pernah dialaminya, kemudian seorang manusia yang hanya minum kopi tanpa makan nasi, benar-benar membuat saya ketawa semalaman.
Tidak berhenti di situ, Misbach Yusa Biran menghadirkan suasana tahun 1950-an, lewat dialog campuran Belanda-Indonesia yang sering dipakai anak muda kaya waktu itu. Anak-anak muda kaya yang merasa sombong dengan statusnya meski masih kalah ngomong dibanding seniman yang tidak sekolah. Seperti gambaran otak kosong kebanyakan anak muda jaman sekarang.
Dan lagi cerita cinta seniman yang lebih banyak menemui kebuntuan meski ada juga yang berhasil mendapatkan cintanya. Cerita tukang cukur yang merasa menjadi seniman setelah bergaul sedikit dengan seniman bahkan membuat saya semakin terpingkal-pingkal. Semakin banyak saja yang menarik dari Pasar Senen, tempat berkumpul seniman dan yang akan jadi seniman pada masa itu.
Keajaiban di Pasar Senen menyajikan humor yang cerdas, tidak membosankan, dan beberapa cerita memang cukup menyentuh. Kesan saya, banyak hal yang menarik dari kehidupan sehari-hari yang bisa menjadi pelajaran meski hal itu kadang remeh dan jarang terpikirkan. Otak kosong saya yang selama beberapa waktu ini malas menulis di blog ini menjadi semangat lagi menulis. Banyak hal yang bisa diceritakan. Mungkin berawal dari percakapan kecil, menjadi hal yang menarik ketika dituangkan dalam sebuah cerita.
Updated 06/04/2010:
Profil Misbach Yusa Biran di wikipedia